Latest topics | » Aksi Permain Bola Yg paling Aku suka ~Thu Sep 02, 2010 1:45 am by ____am____» Selamat Berpuasa SemuaTue Aug 24, 2010 6:08 pm by ____am____» Sultan Brunei Ceraikan AzrinazThu Jun 17, 2010 5:11 pm by ____am____» SATRIA CLUB !!Wed Jun 09, 2010 4:57 am by ___ari3l___» Crazy asian rider wow people on the streetFri Mar 26, 2010 2:18 pm by ____am____» Gambar Baikk..PunyaFri Mar 26, 2010 2:16 pm by ____am____» (GAMBAR)Ziana Zain Berturban La PulakFri Mar 26, 2010 12:33 pm by ____am____» Nabil Masih Tahu Batas-Batas AgamaFri Mar 26, 2010 10:46 am by ____am____» Ku ingin kembaliThu Mar 25, 2010 3:27 pm by ____am____» Why malay people afraid to speak in english??Thu Mar 25, 2010 3:24 pm by ____am____» nak wat gath x???Thu Mar 25, 2010 3:29 am by ____am____» Sah Benjy, Anak Azean Irdawaty Terlibat Sindiket Edar DadahTue Mar 23, 2010 9:42 am by yanie. |
Partner Kami |
|
Who is online? | In total there are 5 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 5 Guests
None
Most users ever online was 76 on Tue Oct 08, 2024 1:40 pm
|
Statistics | We have 139 registered users The newest registered user is ninie032003
Our users have posted a total of 2369 messages in 976 subjects
|
Facebook |
Fan Club Kedah 1
Fan Club Kedah 1
|
|
| Euthanasia....apa pandangan anda? | |
| | Author | Message |
---|
john_aka_peah JuniorMember
Posts : 8 __Points__ : 10886 Join date : 05/01/2010 Location : pahang
| Subject: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 2:01 am | |
| | |
| | | ____am____ |_Founder_|
Posts : 562 __Points__ : 12415 Join date : 13/12/2009 Age : 38 Location : Pulau Pinang AND Alor Star
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 2:23 am | |
| Hang salah Board ler beb! Baca dulu sebelum POST! OK | |
| | | lola87 Member
Posts : 115 __Points__ : 11183 Join date : 03/01/2010 Age : 37 Location : Serdang,Selangor
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 7:07 am | |
| Lola nk bg pdpt utk isu di atas menurut syariat islam..
A. Euthanasia Aktif
Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, kerana termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik iaitu untuk meringankan penderitaan pesakit. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pesakit sendiri atau keluarganya. Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, iaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS Al-An’aam : 151)
“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali kerana tersalah (tidak sengaja)…” (QS An-Nisaa` : 92)
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29).
Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi doktor melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar. Doktor yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
“Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah : 178)
Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan. Firman Allah SWT :
“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS Al-Baqarah : 178)
Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki, 1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak) (Al-Maliki, 1990: 113).
Tidak dapat diterima, alasan euthanasia aktif yang sering dikemukakan iaitu kasihan melihat penderitaan pesakit sehingga kemudian doktor memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pesakit dengan euthanasia aktif, pesakit tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, iaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu.” (HR Bukhari dan Muslim).
B. Euthanasia Pasif
Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan doktor bahawa pengubatan yag dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada pesakit. Karena itu, dokter menghentikan pengubatan kepada pesakit, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh pesakit.
Menurut pandangan syariah bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berubat (at-tadaawi) itu sendiri. Yakni, apakah berubat itu wajib, mandub,mubah, atau makruh? Dalam masalah ini ada perbezaan pendapat. Menurut jumhur ulama, mengubati atau berubat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berubat, seperti kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Utomo, 2003:180).
Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:68) hukum berubat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berubat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahawa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas (sunnah).
Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula ubatnya. Maka berobatlah kalian!” (HR Ahmad, dari Anas RA)
Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berubat. Menurut ilmu Ushul Fiqih, perintah (al-amr) itu hanya memberi makna adanya tuntutan (li ath-thalab), bukan menunjukkan kewajiban (li al-wujub). Ini sesuai kaidah ushul :
Al-Ashlu fi al-amri li ath-thalab
“Perintah itu pada asalnya adalah sekedar menunjukkan adanya tuntutan.” (An-Nabhani, 1953)
Jadi, hadits riwayat Imam Ahmad di atas hanya menuntut kita berubat. Dalam hadits itu tidak terdapat suatu indikasi pun bahawa tuntutan itu bersifat wajib. Bahkan, qarinah yang ada dalam hadits-hadits lain justru menunjukkan bahwa perintah di atas tidak bersifat wajib. Hadits-hadits lain itu membolehkan tidak berubat.
Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang perempuan hitam pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata,”Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku!” Nabi SAW berkata,”Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat syurga. Jika tidak mau, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata,”Baiklah aku akan bersabar,” lalu dia berkata lagi,”Sesungguhnya auratku sering tersingkap [saat ayanku kambuh], maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Nabi SAW lalu berdoa untuknya. (HR Bukhari)
Hadits di atas menunjukkan bolehnya tidak berubat. Jika hadits ini digabungkan dengan hadits pertama di atas yang memerintahkan berubat, maka hadits terakhir ini menjadi indikasi (qarinah), bahawa perintah berubat adalah perintah sunnah, bukan perintah wajib. Kesimpulannya, hukum berubat adalah sunnah (mandub), bukan wajib (Zallum, 1998:69).
Dengan demikian, jelaslah pengubatan atau berubat hukumnya sunnah, termasuk dalam hal ini memasang alat-alat bantu bagi pesakit. Jika memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, apakah doktor berhak mencabutnya dari pesakit yag telah kritis keadaannya? Abdul Qadim Zallum (1998:69) mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pesakit telah mati organ otaknya, maka para doktor berhak menghentikan pengubatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab pada dasarnya penggunaan alat-alat bantu tersebut adalah termasuk aktivitas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut berarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. Meskipun sebagian organ vital lainnya masih bisa berfungsi, tetap tidak akan dapat mengembalikan kehidupan kepada pasien, karena organ-organ ini pun akan segera tidak berfungsi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pesakit adalah sunnah, karena termasuk aktivitas berubat yang hukumnya sunnah. Kerana itu, hukum euthanasia pasif dalam erti menghentikan pengubatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pesakit –setelah matinya/rosaknya organ otak—hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi doktor. Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pesakit, doktor tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu (Zallum, 1998:69; Zuhaili, 1996:500; Utomo, 2003:182).
Namun untuk bebasnya tanggung jawab doktor, disyaratkan adanya izin dari pesakit, walinya, atau washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan izin dari pihak penguasa (Al-Hakim/Ulil Amri) (Audah, 1992 : 522-523).
Wallahu a’lam.
nota kaki : ada info yg lola paste dr Jabatan Agama Islam Indonesia.. | |
| | | ___ari3l___ ___Tok Pengulu___
Posts : 222 __Points__ : 11527 Join date : 30/12/2009 Age : 38 Location : johor
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 7:14 am | |
| | |
| | | lola87 Member
Posts : 115 __Points__ : 11183 Join date : 03/01/2010 Age : 37 Location : Serdang,Selangor
| | | | john_aka_peah JuniorMember
Posts : 8 __Points__ : 10886 Join date : 05/01/2010 Location : pahang
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 6:39 pm | |
| ahaks bagus lola...itu menurut islam, satu2 nya negara yang membenarkan uthanasia ialah negara belanda, utk sudut pandangan moral, bagaimana.... | |
| | | miss-lady ____QueenLady____
Posts : 58 __Points__ : 11004 Join date : 30/12/2009 Age : 36 Location : penang,bukit mertajam alma,tingkat impian indah1 no 30.. hahaha lengkap kan
| | | | ____am____ |_Founder_|
Posts : 562 __Points__ : 12415 Join date : 13/12/2009 Age : 38 Location : Pulau Pinang AND Alor Star
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Tue Jan 05, 2010 9:19 pm | |
| Perhhgg ,,,yang koma lama tuh mcm mana? Yang doctor ambil aharan Cabut Gas Oksigen tuh? Dalam kotregory nih gak ka | |
| | | john_aka_peah JuniorMember
Posts : 8 __Points__ : 10886 Join date : 05/01/2010 Location : pahang
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Wed Jan 06, 2010 12:11 am | |
| am...tu termasuk dalam euthanasia pasif.... | |
| | | ____am____ |_Founder_|
Posts : 562 __Points__ : 12415 Join date : 13/12/2009 Age : 38 Location : Pulau Pinang AND Alor Star
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Wed Jan 06, 2010 12:13 am | |
| - john_aka_peah wrote:
- am...tu termasuk dalam euthanasia pasif....
Diorang perlukan arahan keluarga dan makamah dulu kan | |
| | | lola87 Member
Posts : 115 __Points__ : 11183 Join date : 03/01/2010 Age : 37 Location : Serdang,Selangor
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? Wed Jan 06, 2010 7:19 pm | |
| Dari sudut moralnya plak ek..
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justeru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia, yang cenderung menyalahkan tenaga perubatan dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya ternaktub adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala kesakitan atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat.
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ahli-ahli agama secara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. Doktor boleh dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang-kadang dalam keadaan tenat, dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Mengapa orang harus ke doktor dan berubat untuk mengatasi penyakitnya, kalau memang umur mutlak di tangan Tuhan, kalau belum waktunya, tidak akan mati. Kalau seseorang berupaya mengubati penyakitnya maka dapat pula diertikan sebagai upaya memperpanjang umur atau menunda proses kematian. Jadi upaya perubatan pun dapat dipermasalahkan sebagai melawan kehendak Tuhan.
Terdapat deklarasi tentang euthanasia sendiri menegaskan hal ini dengan mengutip perkataan Santo Paulus ”Bila kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, bila kita mati, kita mati bagi Tuhan. Apakah kita hidup atau mati, Kita adalah milik Tuhan (Rom 14:8 bdk. Fil1:20)“[38]. Manusia bukanlah pemilik mutlak dari hidupnya sendiri. manusia administrator hidup manusia yang harus mempertahankan hidup itu.
Moral of the story, layak kah kita untuk menentukan qada' dan qadar kita di dunia ini.
Renung2-kan.. | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: Euthanasia....apa pandangan anda? | |
| |
| | | | Euthanasia....apa pandangan anda? | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
| |